1.Perbandingan Operasional Budidaya Organik dan Konvensional per hektar
No |
Organik
|
Konvensional
| ||||||
1 | BENIH |
10 kg
|
Rp 10.000
|
Rp 100.000
|
40 Kg
|
Rp 6.500
|
Rp 260.000
| |
2 | PUPUK DASAR | |||||||
Kompos Bahan Fermentasi KCL SP36 Pupuk Organik |
2000 Kg
2 Kg
10 lt
|
Rp 750
Rp 40.000
Rp 40.000
|
Rp 1.500.000
Rp 80.000
Rp 400.000
|
-
150 Kg
100 Kg
100 Kg
-
|
-
Rp 1.400
Rp 2.800
Rp 1.850
-
|
-
Rp 210.000
Rp 280.000
Rp 185.000
-
| ||
3 | PUPUK SUSULAN | |||||||
Kompos Urea KCL SP36 Pupuk Organik |
-
-
7 kg
|
-
-
Rp 70.000
|
-
-
Rp 490.000
|
-
100 Kg
50 Kg
50 Kg
-
|
-
Rp 1.400
Rp 2.800
Rp 1.850
-
|
-
Rp 140.000
Rp 97.500
Rp 92.500
-
| ||
4 | PENYEMPROTAN | |||||||
Pupuk Organik |
5 lt
|
Rp 40.000
|
Rp 200.000
| |||||
5 | PESTISIDA | |||||||
Pestisida Organik Pestisida Kimia |
2
-
|
Rp 40.000
-
|
Rp 80.000-
-
|
-
10 lt
|
-
Rp 50.000
|
-
Rp 500.000
| ||
6 | TENAGA KERJA | |||||||
Pengolahan lahan Penanaman Penyulaman Penyiangan Pemupukan Penyemprotan Pemanenan |
Rp 625.000
Rp 450.000
Rp 200.000
Rp 150.000
Rp 100.000
Rp 50.000
Rp 1.875.000
|
Rp 625.000
Rp 450.000
Rp 200.000
Rp 150.000
Rp 100.000
Rp 50.000
Rp 1.125.000
| ||||||
7 | Biaya Non Tehnis | |||||||
Bunga Pinjaman Tengkulak Potongan hasil Panen |
-
-
|
-
-
|
-
-
|
15%
4%
|
Rp 5.376.704
Rp 11.250.000
|
Rp 806.506
Rp 450.000
| ||
TOTAL MODAL |
Rp 6.100.000
|
Rp 5.721.506
| ||||||
HASIL |
7.500 Kg
|
Rp 2.500
|
Rp 18.750.000
|
4.500 Kg
|
Rp 2.500
|
Rp 11.250.000
| ||
KEUNTUNGAN |
Rp 12.650.000
|
Rp 5.528.494
|
biaya
operasional budidaya padi dari penyediaan benih hingga penanaman padi
organik Pola LMTO dan konvensional tidak terlalu berbeda. Perbedaan
tampak pada penggunaan asupan-asupan eksternal bagi perawatan tanaman.
Pada
budidaya organik Pola LMTO penggunaan pestisida organik tidak mutlak
dibutuhkan, bila di butuhkan cukup dengan pemakaian 2 lt/H dengan harga
Rp 40.000/lt
Dengan
asumsi tidak terjadi puso dan lahan organik telah terbentuk, setiap
hektar sawah akan mampu menghasilkan gabah 7.5 ton, sedangkan sawah
konvensional menghasilkan gabah 4.5 ton/H .. Bila harga gabah organik
Pola LMTO dan konvensional dihargai sama yaitu Rp. 2.500,- per kilo
gram, maka petani organik akan mendapatkan pendapatan sebesar Rp.
18.750.000,-. Dengan demikian, keuntungan petani organik sebesar Rp.
13.140.000,- dan petani konvensional hasil gabah sebesar Rp.
11.250.000,-, keuntungan Rp 5.528.494. Artinya, dilihat dari sudut
asupan pertanian saja dengan cara membandingkan hasil pendapatan,
budidaya pertanian organik dengan pola LMTO lebih menguntungkan 50
persen dibandingkan dengan pertanian konvensional.
Dari
segi aspek bisnis Kilang Padi, budidaya pertanian organic Pola LMTO
lebih menguntungkan karena rendemen gabah lebih tinggi, budidaya
konvensional rendenem 50%. Pola LMTO bisa mencapai 60 – 70 %. Jadi ada
selisih 10-20%.
Hal
lain dari budidaya konvensional yaitu pengaruh dari para tengkulak yang
telah lama berperan dalam keterpurukan petani Indonesia, karena
memanfaatkan mereka sebagai lahan bisnis dengan cara yang tidak adil.
Dalam
data di atas, tidak dimasukannya biaya sewa lahan karena biaya tersebut
dapat dianggap sama antara lahan organik Pola LMTO dan non organik.
Ditinjau dari kelayakan usaha, secara finansial dapat dilihat dari BEP (break event point), radio B/C (benefit cost), dan ROI (return of investment) dengan asumsi menggunakan harga beras organis dan non organik saat ini.
Gabah Organik
a. BEP
Suatu
usaha budidaya dikatakan berada pada titik impas atau balik modal
berarti bahwa besarnya hasil sama dengan modal yang dikeluarkan.
Perhitungan BEP ada dua, yaitu BEP volume produksi dan BEP harga
produksi.
BEP Volume produksi = Biaya produksi = Rp. 5.610.000,- = Rp. 2.244/Kg
Harga produksi Rp. 2.500,-
Artinya,
titik balik modal usaha budidaya organik Pola LMTO dapat tercapai pada
tingkat volume produksi sebanyak 2.244 kilogram untuk sekali panen.
BEP harga produksi = Biaya operasional = Rp. 5.610.000,- = Rp.748,-/Kg
Jumlah produksi 7.500,- kg
Artinya, titik balik modal tercapai bila harga gabah organik Pola LMTO yang diperoleh dijual dengan harga Rp.748,- per kilogram.
Rasio B/C
Rasio
B/C merupakan ukuran perbandingan antara hasil penjualan dengan biaya
operasional. Dengan rasio B/C akan diperoleh ukuran kelayakan usaha.
Bila nilai yang diperoleh lebih dari satu maka usaha dapat dikatakan
layak untuk dilaksanakan. Namun bila kurang dari satu maka usaha
tersebut dikatakan tidak layak.
Rasio B/C = Hasil Penjualan = Rp. 18.750.000,- = 3.34
Biaya Operasional Rp. Rp. 5.610.000,-
Artinya
biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 18.750.000,- akan diperoleh hasil
penjualan sebesar 3.34 kali lipat sehingga sangat layak untuk
diusahakan.
ROI (return of investment)
Analisis
ROI merupakan ukuran perbandingan antara keuntungan dengan biaya
operasional. Analisis ini digunakan untuk mengetahui efisiensi
penggunaan modal.
ROI = Keuntungan x 100% = Rp. 13.140.000 x 100% = 3.34%
Biaya Operasional Rp. 5.610.000,-
Artinya
biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 100,- akan dihasilkan keuntungan
sebesar Rp. 334,-, sehingga penggunaan modal untuk usaha ini sangat amat
efisien.
Gabah Konvensional
a. BEP
BEP Volume produksi = Biaya produksi=
Rp 5.721.506,- = Rp. 2.288,60 Kg
Rp 5.721.506,- = Rp. 2.288,60 Kg
Harga produksi Rp. 2.500,-
Artinya,
titik balik modal usaha budidaya konvensional dapat tercapai pada
tingkat volume produksi sebanyak 2.288,60 kilogram untuk sekali panen.
BEP harga produksi= Biaya operasional = Rp. 5.721.506,- = Rp.1.271.44,-/Kg
Jumlah produksi 4.500,-kg
Artinya,
titik balik modal tercapai bila harga gabah konvensional yang diperoleh
dijual dengan harga Rp. 1.271.44,- per kilogram.
Rasio B/C
Rasio B/C = Hasil Penjualan = Rp. 11.250.000,- = 1.96
Biaya Operasional Rp. 5.721.506,-
Artinya biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 5.721.506,- akan diperoleh hasil penjualan sebesar 1.96 kali lipat sehingga layak untuk diusahakan.
ROI (return of investment)
ROI = Keuntungan x 100% = Rp. 5.528.494
x 100% = 96.6%
x 100% = 96.6%
Biaya Operasional Rp 5.721.506
Artinya
biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 100,- akan dihasilkan keuntungan
sebesar Rp. 96.6,-, sehingga penggunaan modal untuk usaha ini masih
efisien.
Dari
hasil analisis finansial terlihat bahwa budidaya organik Pola LMTO
lebih layak dibandingkan konvensional. ini dapat dilihat dari titik
impas volume dan harga produksi gabah organik Pola LMTO jauh lebih kecil
dibanding gabah konvensional. Pembiayaan budidaya organik Pola LMTO
juga lebih rendah dari budidaya konvensional walaupun produksi gabah
tetap sama.
Berdasarkan
rasio B/C, budidaya organik Pola LMTO masih lebih besar dibandingkan
konvensional, yaitu 3.34 (Lebih tiga kali) dan 1.96 (hampir dua kali).
Sementara untuk perhitungan ROI menunjukkan bahwa keuntungan yang
diperoleh budidaya organik Pola LMTO sebesar hamper 2 kali lipat
keuntungan budidaya padi konvensional. Dengan demikian, modal usaha akan
lebih cepat kembali pada pembudidayaan padi organik Pola LMTO.